Sang horison tak lagi berawan salju
Ufuk mengkilat bak rona pipi bidadari kecilku
Memerah,dan langit bercoret tinta keemasan
Kincir berputar kencang dihela nafas kasih IlaHi
Menghempas,melempar waktu
Hari semakin redup,terbenam
Oh,wajah ayah sepulang dari kerumunan jenuh,bercucur keringat gigih dari keperkasaan Al-Matiin
Dengan senyum yang masih tenang dan santun seperti tadi pagi
Ketika mengecup kening ibu dan anak-anaknya dengan endus asa
"Sarat kehangatan,Ayah"
Lampu-lampu kota menyala
Membentuk lukisan nur di negri kunang-kunang,dari titian udara
Hari tlah senja,
dan gambar siluet aku di tepi jendela
Air pun beriak sunyi,hendak bercengkrama sejenak bersama IlaaH
Betul!
Suasana nian menerbangkan jiwa menembus kosmos
Kumandang membahana dalam gempita
Panggilan untuk bersegera mengalihkan cerita
"Mari meraba kasih yang Waduud!"
Tengadah kecil yang tak mampu menampung nikmat-Nya. . .
Ku dengar bisikan bayanganku di tembok jelaga
Andaikata aku kan melewati malam nanti
Ingin ku usia senja itu seromantis ini;bersua tanpa cercah hitam
Kala langkah gontai mendampingi rambut ubanku;
Menikmati lembayung dengan simfoni surga
Lantunan dzikir saat buta tuan fajar,
Merajut cinta dengan air mata menghujami gelaran sajadah ardh,
arkian memberi benih hijau jemawa yang merubah cadas menjadi pematang,
Mentadabburi Kalam-Nya,buncahkan tasbih alam semesta
Menyapih do'a dalam peluk-Nya,
hingga malam nanti
Hingga tidur panjang bersahaja
Dalam lelap diringkus kaku,
diselubungi dingin telanjangku
Dengan selaksa mimpi di padang senyuman
Ufuk mengkilat bak rona pipi bidadari kecilku
Memerah,dan langit bercoret tinta keemasan
Kincir berputar kencang dihela nafas kasih IlaHi
Menghempas,melempar waktu
Hari semakin redup,terbenam
Oh,wajah ayah sepulang dari kerumunan jenuh,bercucur keringat gigih dari keperkasaan Al-Matiin
Dengan senyum yang masih tenang dan santun seperti tadi pagi
Ketika mengecup kening ibu dan anak-anaknya dengan endus asa
"Sarat kehangatan,Ayah"
Lampu-lampu kota menyala
Membentuk lukisan nur di negri kunang-kunang,dari titian udara
Hari tlah senja,
dan gambar siluet aku di tepi jendela
Air pun beriak sunyi,hendak bercengkrama sejenak bersama IlaaH
Betul!
Suasana nian menerbangkan jiwa menembus kosmos
Kumandang membahana dalam gempita
Panggilan untuk bersegera mengalihkan cerita
"Mari meraba kasih yang Waduud!"
Tengadah kecil yang tak mampu menampung nikmat-Nya. . .
Ku dengar bisikan bayanganku di tembok jelaga
Andaikata aku kan melewati malam nanti
Ingin ku usia senja itu seromantis ini;bersua tanpa cercah hitam
Kala langkah gontai mendampingi rambut ubanku;
Menikmati lembayung dengan simfoni surga
Lantunan dzikir saat buta tuan fajar,
Merajut cinta dengan air mata menghujami gelaran sajadah ardh,
arkian memberi benih hijau jemawa yang merubah cadas menjadi pematang,
Mentadabburi Kalam-Nya,buncahkan tasbih alam semesta
Menyapih do'a dalam peluk-Nya,
hingga malam nanti
Hingga tidur panjang bersahaja
Dalam lelap diringkus kaku,
diselubungi dingin telanjangku
Dengan selaksa mimpi di padang senyuman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar