Cari Blog Ini

Selasa, 07 Februari 2012

Dialog Hujan

Tak pernah jemu jemariku menulis sajak tentangmu
Mengubek-ubek bait demi bait untaian prosa sederhana,bersama pangeran langitmu
Lajumu menikung di jerumun rumput,kawan
Kristal cair retak,pecah berjibaku,terhempas wujudmu. . .
Lepai layu ilalang senja;harmoni kepergianmu

Arkian rintikmu,
umpama sisir berbinar dari lekuk-lekuk atap seng berkarat
Melodi malam bercerita dengan tutur bekunya
Bibir menyalju,badanku telungkup. . .
Kaku menggigil
Irama yang tak ingin ku segera usai
Lalu kau menyamun dukacita di nadiku
Menghangat sungguh!

Masih mengusik rupanya
Kau melebat digiring elus pawana
Tiada habis lagi narasi yang hendak memoriku jepret
Aku tersungkur di bilik sepia
Gamang,lirih,takut. . .!
Serasa ingin ku habiskan takdir bersamamu
Kidung kenangan kekesalan dari hasrat manusiawiku
"Tidak...Tidak!Aku akan kandas se-atau beberapa saat lagi."Katamu

"Kau butir mutiara nan dikelilingi pusaran murni."kataku
"Bagaimana kau tahu?"
Aku lihat ketika kau jatuh di kolam bumi

Langit mengucek mata,merah
Dan kau terlahir
Melodi dengan gigir gesekan zamrud-zamrud bertangkai coklat
Aku. . .
Tak sanggup kehilangan momen ini,kawan
Banyak yang ingin ku tunjukkan dari album haru biru ini
Ini baru halaman depan
Kau ku tadah
Kau memercik kaca jendela
Kau menggaris di pipiku
Kemudian,
kau bisik perlahan
"Ku undang surya untukmu,cinta"
Akhirnya. . .


Berkilau di ujung bibir pagi



"Baiklah,kan ku tata apik warna-warni lengkungan keningmu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar